Pematangsiantar, Sumatera Utara
InfoAktual.co.id
Dua pelajar SMAN 5 Pematangsiantar menjadi korban salah sasaran dalam insiden pengeroyokan oleh sekelompok pelajar SMKN 2.
Kejadian berlangsung di lampu merah Sambo, Jalan Sangnawaluh, Pematangsiantar, Selasa (19/11/2024) sekira pukul 14.30 WIB.
Korban pengeroyokan, Andreas P. Lumbanraja dan temannya Dika, mengalami trauma akibat kejadian tersebut.
“Kami tidak tahu apa-apa, Bang. Kami baru pulang sekolah dan mau ke rumah teman di Batu Empat. Tiba-tiba kami ditarik dan dipukuli,” ujar Andreas, yang tinggal di Simpang Kerang, Kota Siantar.
Menurut saksi mata, insiden tersebut terjadi secara tiba-tiba. Kelompok pelajar SMKN 2 menyerang kedua korban tanpa alasan yang jelas.
Andreas menambahkan bahwa dirinya tidak mengenal satu pun pelaku pengeroyokan.
“Saya tidak tahu apa masalahnya. Sekolah kami juga di Jalan Medan. Saya tidak pernah mendengar ada konflik. Tiba-tiba kami dipukuli ramai-ramai,” ungkapnya.
Beruntung, beberapa warga yang berada di lokasi segera melerai aksi pengeroyokan tersebut.
Salah seorang guru dari SMKN 2 yang kebetulan melintas juga ikut membantu menghentikan aksi kekerasan itu.
Tidak lama setelah kejadian, petugas dari Polres Pematangsiantar dan Satpol PP mendatangi lokasi untuk mengamankan situasi.
Sementara itu, para pelajar SMKN 2 yang terlibat segera diberikan pembinaan oleh guru di sekolah mereka.
Namun, saat dikonfirmasi terkait insiden ini, Plt Kepala SMKN 2, Rudi Fernando Simanjuntak, tidak berada di tempat.
Para guru SMKN 2 juga enggan memberikan komentar mengenai kejadian tersebut.
Pengeroyokan ini meninggalkan trauma mendalam bagi Andreas dan Dika.
Andreas berharap pihak sekolah maupun aparat keamanan dapat menyelesaikan persoalan ini agar kejadian serupa tidak terulang.
“Kami hanya ingin merasa aman saat pergi dan pulang sekolah,” ujar Andreas.
Hingga berita ini ditulis, belum ada keterangan resmi dari pihak kepolisian terkait penyelidikan lebih lanjut terhadap insiden pengeroyokan ini.
Kasus ini mencerminkan perlunya pengawasan lebih ketat terhadap aktivitas pelajar di luar sekolah.
Edukasi tentang bahaya kekerasan dan penyelesaian konflik secara damai harus terus digencarkan, baik oleh pihak sekolah maupun orang tua.
Seorang pemerhati pendidikan, Anita Siregar, menyatakan, “Pihak sekolah harus proaktif membina siswanya agar tidak mudah terprovokasi dan terlibat dalam aksi kekerasan. Pendidikan karakter sangat penting untuk mencegah kasus serupa.”
Pewarta: M. Ragum Siallagan