Piala Sekda Aceh Ternoda! Panitia Kehabisan Medali

Piala Sekda Aceh Ternoda! Panitia Kehabisan Medali
FOTO : Suasana Gedung Balee Meuseuraya Aceh (BMA), Banda Aceh, (DOK : infoaktual.co.id)

Banda Aceh, InfoAktual.co.id | Perhelatan Kejuaraan Taekwondo Championship Piala Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh Tahun 2025 resmi ditutup pada Minggu malam di Gedung Balee Meuseuraya Aceh (BMA), Banda Aceh.minggu, 3/8/25.

Kegiatan yang berlangsung sejak 1 hingga 3 Agustus 2025 ini menyedot perhatian publik dengan menghadirkan lebih dari 1.100 atlet dari berbagai kabupaten/kota di Aceh.

Salah satu klub yang tampil mencolok adalah Meulaboh Taekwondo Club (MTC). Mengirimkan 51 atlet dalam 64 kategori pertandingan, MTC berhasil meraih 15 medali emas, 14 perak, dan 19 perunggu, dengan total 48 medali.

Namun, prestasi luar biasa itu justru dirundung kekecewaan mendalam karena sejumlah atlet tidak menerima medali meskipun dinyatakan sebagai pemenang.

Kekurangan Medali Kejuaraan Taekwondo Piala Sekda Aceh Jadi Sorotan

Menurut informasi yang diterima infoaktual.co.id , dari pelatih dan official, diperkirakan lebih kurang 20 medali belum dibagikan kepada para juara, termasuk satu atlet peraih medali emas dan satu atlet peraih perunggu prestasi dari MTC. Panitia menyebut medali habis sebagai alasan.

Kondisi ini bukan hanya dialami oleh MTC, melainkan juga oleh klub-klub dari daerah lain di luar Banda Aceh. Padahal, setiap atlet dikenakan biaya pendaftaran Piala Sekda Aceh sebesar Rp350.000, dan dengan lebih dari 1.100 peserta, total penerimaan dana dari pendaftaran diperkirakan mencapai Rp385 juta lebih.

IMG 20250804 011828“Kami sangat kecewa. Anak kami sudah berjuang keras dan menang. Tapi momen pengalungan medali dari Sekda Aceh, momen yang seharusnya jadi kenangan seumur hidup, hilang begitu saja karena medali tidak ada,” ujar Bigges Saragih salah satu orang tua atlet MTC dengan nada kecewa.

Kehilangan medali tak hanya berarti kehilangan benda simbolis, tapi juga hilangnya momen berharga di atas podium, termasuk pengalungan medali langsung oleh Sekda Aceh, yang seharusnya menjadi puncak kebanggaan bagi setiap atlet.

“Ini bukan hanya soal logistik. Ini soal penghargaan. Anak-anak kami petarung sejati. Mereka berjuang, menang, dan layak mendapatkan pengakuan penuh. Tapi momen itu diambil dari mereka,” tambahnya.

Pemadaman Listrik Saat Protes Tambah Kecurigaan

Kekecewaan memuncak ketika sejumlah pelatih dan official menyampaikan protes langsung di arena lomba. Saat protes berlangsung, lampu gedung tiba-tiba padam total selama beberapa saat, memunculkan kecurigaan di kalangan peserta bahwa pemadaman tersebut disengaja untuk meredam situasi.

“Lampu mati saat suasana memanas. Ini terlalu kebetulan. Kami hanya ingin hak atlet kami dipenuhi,” kata pelatih dari salah satu klub peserta luar daerah lainya.

IMG 20250803 WA0259Hingga berita ini ditayangkan belum ada keterangan resmi dari panitia Taekwondo Championship Piala Sekda Aceh terkait kekurangan medali maupun pemadaman listrik mendadak.

Para orang tua, pelatih, dan perwakilan kontingen meminta penyelenggara Kejuaraan Taekwondo Piala Sekda Aceh agar sisa medali segera dikirim ke para atlet penerima yang sah, permintaan maaf dan klarifikasi disampaikan secara terbuka, dan evaluasi menyeluruh terhadap penyelenggaraan event dilakukan, khususnya pada aspek transparansi dan kesiapan teknis.

Kejuaraan Taekwondo Piala Sekda Aceh seharusnya menjadi ajang membangun semangat olahraga, menjunjung sportivitas, dan memberi pengalaman tak terlupakan bagi generasi muda, bukan menyisakan luka akibat kelalaian dan buruknya manajemen penyelenggaraan.

Masyarakat berharap kejadian ini menjadi pelajaran penting agar event-event olahraga ke depan, apalagi yang membawa nama pemerintah, dikelola dengan lebih profesional, transparan, dan menghargai jerih payah para atlet. (Redaksi)